Bukittinggi di Sumbar, selalu ramai dikunjungi wisatawan lokal atau pun mancanegara. Kota ini terkenal dengan pemandangan alam yang indah, budaya, wisata belanja dan wisata kuliner yang memanjakan. Inilah 6 tempat kerennya!
Siapa yang tidak kenal Bukittinggi? Kota yang pernah menjadi ibukota negara Republik Indonesia ini merupakan salah satu tempat tujuan wisata di Pulau Sumatera. Panorama alam yang eksotis dan budaya di sana menjadi magnet untuk wisatawan.
Traveling ke Bukittinggi akan meninggalkan pengalaman yang sangat berkesan dengan datang ke destinasi wisata kerennya. Inilah 6 tempat wisata keren dan wajib dikunjungi para traveller saat jalan-jalan ke Bukittinggi:
1. Air Terjun Lembah Anai
Jika berangkat dari Padang, sebelum sampai ke Bukittinggi Anda akan menemui salah satu ikon pariwisata Sumatera Barat, yaitu air terjun Lembah Anai. Letaknya berada persis di pinggir jalan antara Padang dan Bukittinggi.
Air terjun ini merupakan bagian dari kawasan Cagar Alam Lembah Anai. Cagar alamnya adalah kawasan hutan lindung dengan hutan tropis dan beraneka jenis flora dan fauna. Alam yang hijau, dan flora dan faunanya, menjadi daya tarik tersendiri dari Lembah Anai.
2. Jam Gadang
Di pusat Kota Bukittinggi, terdapat semacam alun-alun tempat pusat keramaian kota dan ditengahnya terdapat Jam Gadang. Inilah landmark Kota Bukittinggi.
Suasana sekitar Jam Gadang sangat ramai, terutama di malam Minggu saat orang-orang sekitar menghabiskan liburan. Simbol khas Bukittinggi dan Sumatera Barat ini memiliki cerita dan keunikan dalam perjalanan sejarahnya.
Hal tersebut dapat ditelusuri dari ornamen pada Jam Gadang. Salah satu keunikan tersebut adalah angka empat pada angka Romawi. Jika biasanya tertulis dengan IV, namun di Jam Gadang tertera dengan IIII. Dari menara Jam Gadang, para wisatawan bisa melihat panorama Bukittinggi yang terdiri dari bukit, lembah, dan bangunan berjejer di tengah kota.
3. Lobang Jepang
Lobang Jepang yang menyerupai gua, merupakan bunker peninggalan Jepang saat menjajah Indonesia. Lobang Jepang ini terletak di Bukit Sianok Bukittinggi dan merupakan basis pertahanan Jepang pada saat Perang Dunia II dan Perang Asia Timur Raya tahun 1942.
Suasana mistis terasa di dalam gua. Konon, ada satu ruangan tahanan yang sekaligus berfungsi sebagai ruang penyiksaan. Salah satu kekejaman tentara Jepang adalah pembunuhan tahanan dengan cara dicincang. Tidak sampai di situ, tubuh yang sudah terpotong-potong itu kemudian disiram dengan air panas dan garam, untuk memastikan jasad itu sudah tak bernyawa lagi. Hii!
4. Ngarai Sianok
Ngarai Sianok adalah lembah yang curam atau jurang. Di bawahnya mengalir sebuah anak sungai yang berliku-liku menelusuri celah-celah tebing. Latar dari Ngarai Sianok adalah Gunung Merapi dan Gunung Singgalang.
Jurang di sana dalamnya sekitar 100 meter dan membentang sepanjang 15 Km dengan lebar sekitar 200 meter. Pemandangan sangat indah terhampar bak lukisan alam.
5. Benteng Fort de Kock
Benteng ini dibangun di atas Bukit Jirek dan awalnya diberi nama Sterrenschans. Kemudian namanya berubah menjadi Fort de Kock, oleh Hendrik Merkus de Kock, yang merupakan salah satu tokoh militer Belanda.
Beberapa tahun kemudian, kota di sekitar benteng ini berkembang menjadi sebuah kota yang juga diberi nama Fort de Kock, yang lalu bernama Bukittinggi. Kini, kawasan Benteng Fort de Kock menjadi Taman Kota Bukittinggi (Bukittinggi City Park) dan Taman Burung Tropis (Tropical Bird Park).
6. Museum Rumah Adat Baanjuang
Museum ini didirikan oleh seorang Belanda yang bernama Mondelar Countrolleur pada tahun 1935. Ini adalah sebuah bangunan berupa rumah tradisional yang memiliki anjuang kiri dan kanan.
Bangunannya masih terlihat tradisional, seperti atap bangunan masih menggunakan ijuk, dinding terbuat dari kayu, serta berlantai kayu. Koleksi Museum Rumah Adat Baanjuang ini adalah kelompok etnografika, numismatika, binatang yang diawetkan, dan sebagainya. Binatang ini terlahir tidak normal, karena beberapa anggota tubuhnya berlebih.
Hal tersebut dapat dilihat pada koleksi binatang yang dipajang di etalase, seperti kerbau berkepala dua, berkaki delapan, dan juga kambing yang bermuka dua. Binatang-binatang tersebut hidupnya tidaklan bertahan lama, setelah mati binatang ini diawetkan dan menjadi bagian dari koleksi museum ini.
Koleksi miniatur rumah gadang, surau, rumah makan juga sangat menarik perhatian. Sebabnya, rumah-rumah tradisional tersebut makin lama makin susah ditemukan di Ranah Minang.
7. Danau Maninjau
A. Selayang Pandang
Danau Maninjau merupakan danau vulkanik, berada di ketinggian 461,50 meter di atas permukaan laut. Luasnya sekitar 99,5 km² dan memiliki kedalaman maksimum 495 meter. Keberadaan Danau Maninjau menciptakan sebuah cerita legenda “Bujang Sembilan”, yang dipercaya keberadaannya oleh masyarakat sekitar. Alkisah ada satu keluarga terdiri dari 10 orang, 9 orang laki-laki (bujang) dan seorang perempuan bernama Sani. Keelokkan paras dan perilaku Sani menjadi daya pikat tersendiri bagi seorang pemuda bernama Sigiran. Singkat kata mereka kemudian menjalin asmara. Suatu hari mereka dituduh telah melakukan perbuatan amoral oleh para bujang. Untuk membuktikannya, mereka melompat ke kawah gunung Tinjau. Mereka bersumpah jika mereka melakukan tindak amoral maka gunung ini tidak akan meletus, dan jika mereka tidak melakukan tindakan amoral maka gunung ini akan meletus. Akhirnya gunung tersebut meletus dan hasil letusan tersebut membentuk kawah besar yang kemudian diisi oleh air dan menjadi danau seperti sekarang.
B. Keistimewaan
Presiden Pertama RI Ir. Soekarno pada suatu ketika berkunjung ke Danau Maninjau dan takjub dengan keindahannya. Untuk mengungkapkan kekagumannya tersebut ia menulis sebuah pantun yang berbunyi “Jika makan arai Pinang, makanlah dengan sirih yang hijau, jangan datang ke Ranah Minang, kalau tak mampir ke Maninjau. Pantun yang ditulis oleh Presiden pertama RI ini, cukup mewakili untuk menggambarkan keindahan panorama alam Danau Maninjau nan eksotis.
C. Lokasi
Danau Maninjau terletak di Kecamatan Tanjung Raya, Kabupaten Agam, Provinsi Sumatera Barat, Indonesia.
D. Akses
Untuk bisa mencapai Danau Maninjau, perjalanan ditempuh melalui jalur darat. Ada 2 alternatif jalur untuk menuju ke Danau maninjau. Pertama, memasuki jalur dari Barat dan Kedua dari Timur. Dari Barat, perjalanan dimulai dari Padang melewati jalur Pariaman menuju Lubuk Basung (ibu kota Kabupaten Agam), lebih kurang ditempuh selama 1 ½ jam. Untuk transportasi bisa menggunakan angkutan umum, travel, dan mobil sewaan. Dari timur, perjalanan dimulai dari Padang menuju Bukittinggi dan dari kota Bukittinggi perjalanan dilanjutkan ke Danau Maninjau melewati kelok 44 menggunakan angkutan umum, mobil pribadi, atau mobil sewaan. Waktu perjalanan ditempuh kurang lebih 3 jam.
E. Tiket
Untuk masuk objek wisata tidak dipungut biaya.
F. Akomodasi
Di sekitar Danau Maninjau banyak hotel yang bisa dijadikan untuk tempat menginap, mulai dari kelas berbintang sampai kelas melati. Di samping hotel, ada juga home stay yang dikelola oleh masyarakat, yang bisa dijadikan sebagai alternatif bagi para wisatawan untuk tempat menginap. Sedangkan untuk mengobati rasa lapar, para wisatawan bisa memilih tempat makan yang disukai, karena banyak restoran-restoran yang tersedia di sepanjang pinggir danau dengan menyajikan berbagai menu baik aneka masakan Padang maupun masakan dari mancanegara.
Tidak ada komentar :
Posting Komentar